Hai kamu
Logika ku seakan menertawakan kekalahanku tepat didepan mukaku saat ini. Ternyata seperti ini rasanya ketika aku lebih mempercayai perasaan dibanding logika. Rasanya seperti orang bodoh yang baru saja hilang ingatan.
Sepertinya baru beberapa hari yang lalu aku menangis untukmu. Haruskah hari ini akuvmelakukannya lagi?
Sudahlah, tanpa harus kamu jawabpun semua itu sudah aku lakukan. Aku menangis lagi hari ini.
Cengeng.. iya itu memang aku. Mungkin itu juga yang membuatmu menjauh dariku, karena aku seorang yang over cengeng, super kepo dan over manja. Bisa jadi kan?
Orang yang sama dengan tema yang berbeda, ya seperti itu yang aku rasakan. Apakah sebenernya ini hanya sebuah drama dengan multi karakter pada setiap tokohnya. Dan hanya aku yang memiki peran individu? Entah aku masih sulitvmengartikan semua ini, sulit sekali mungkin ini akan menjadi teka teki yang selalu membebani pikiranku.
Tangis yang sama dengan subjek yang sama. Iya, masih tetap kamu yang menjadi alasan kenapa aku terpaksa menjatuhkan butir butir air mataku. Tetap kamu yang mampu membuat pertahananku jatuh. Aku jatuh hari ini, bukan jatuh yang dapat membuat sekujur tubuhku terluka, tapi kali ini entah jatuh seperti apa yang aku alamu, yang jelah itu mampu membuat hatiku begitu retak tak beraturan. Jika aku mengingatnya aku akan sakit, bahkan itu bisa terasa menjadi sangat sakit. Aku mulai ingin berhenti menghakimi hatiku rasanya, aku benar benar sudah mulai tidak bisa seperti ini. Aku terus berusaha, aku terus membuatmu yakin, aku terus berharap kamu dapat melihatku berdiri didepanmu sementara kamu hanya diam melihatku dan membirkanku jatuh begitu saja. Aku seperti melawan ombak besar yang datang kearahku. Melawanpun apakah mungkin aku bisa menahan ombak itu dan menjamin aku tidak akan hanyurt olehnya?
Hari ini hatiku sangat hancur, apa kamu berfikir dengan melihat semua itu aku sedang baik baik saja? Aku hanya diam melihatmu, mataku seperti tidak bisa menahan air mata tapi aku berusaha kuat untuk tetap tidak memandangmu lebih lama. Bukan karena aku marah, hanya saja aku ingin menjaga mataku agar tidak menangis didepanmu. Aku merasakan kebodohanku hari ini, bagaimana bisa aku menangis melihatmu, sementara jauh diujung pandanganku kamu sedang tertawa sebahagia itu? Mungkinkah menurutmu itu jahat, aku sedih untuk tertawa lepasmu itu?
Aku semakin hancur ketika tak ada satu katapun yang ingin kamu ucapkan kepadaku setelah semua ini terjadi, tidak ada sama sekali. Apa kamu tidak melihatku tadi? Apa mungkin ini hanya mimpi buruk? Jika memang benar seperti itu, bisakah kau bangunkan aku sekarang?
Aku mulai menderita dengan mimpi ini, aku merindukanmu dalam dunia nyata. Aku merindukan sosokmu yang nyata, sosok yang selalu membuatku tertawa, sosok yang selalu membuatku nyaman. Kemana perginya sosok itu?
Aku masih terus saja menangis, tanpa tau apa yabg sebenarnya harus aku tangisi. Apa mungkin aku menangis karenamu? Tapi kenapa? Bukankah kamu bukan siapa siapa, kamu hanya orang spesial dalam hidupku tidak lebih dari itu. Tetapi aku tidak mungkin terus membohongi hatiku, kamu istimewaistimewa, kamu ajaib sehingga membuatku seperti ini.
Tiba tiba aku ingin buta, aku sudah tidak mau melihat semua rutinitas dan kebiasaanmu bersamanya lagi. Ada rasa sakit yang tak bisa kujelaskan saat aku terpaksa harus melihatnya. Bisa kamu bikin aku buta? Hah??? :'(
Mungkin dengan seperti itu aku akan merasa biasa saja ketika kamu harus bersama siapapun. Dengan seperti itu juga, aku sedikit demi sedikit wajahmu akan mulai samar dalam benakku. Dan aku akan melupakanmu, melupakan semua kenangan bersamamu. Kurasa itu akan lebih mudah.
Kenapa kamu harus berubah disaat aku sayang? kenapa bukan awal saja kamu berubah saat aku merasa sangat nyaman, sehingga aku tidak mungkin merasakan hal yang seperti ini. Aku hancur saat ini, bahkan lebih hancur dari sebelumnya. Aku ingin sekali berhenti, tapi hatiku tetap saja melawannya.
Untuk seseorang yang aku temuii kemarin, terimakasih sudah mengajariku luka. Ketika suatu hari nanti aku sudah benar benar menyerah dan aku akan pergi, Berjanjilah kamu akan selalu sebahagia saat ini.
Sampai ini ditulis dan dipublikasikan aku masih menyayangimu :)
Sepertinya baru beberapa hari yang lalu aku menangis untukmu. Haruskah hari ini akuvmelakukannya lagi?
Sudahlah, tanpa harus kamu jawabpun semua itu sudah aku lakukan. Aku menangis lagi hari ini.
Cengeng.. iya itu memang aku. Mungkin itu juga yang membuatmu menjauh dariku, karena aku seorang yang over cengeng, super kepo dan over manja. Bisa jadi kan?
Orang yang sama dengan tema yang berbeda, ya seperti itu yang aku rasakan. Apakah sebenernya ini hanya sebuah drama dengan multi karakter pada setiap tokohnya. Dan hanya aku yang memiki peran individu? Entah aku masih sulitvmengartikan semua ini, sulit sekali mungkin ini akan menjadi teka teki yang selalu membebani pikiranku.
Tangis yang sama dengan subjek yang sama. Iya, masih tetap kamu yang menjadi alasan kenapa aku terpaksa menjatuhkan butir butir air mataku. Tetap kamu yang mampu membuat pertahananku jatuh. Aku jatuh hari ini, bukan jatuh yang dapat membuat sekujur tubuhku terluka, tapi kali ini entah jatuh seperti apa yang aku alamu, yang jelah itu mampu membuat hatiku begitu retak tak beraturan. Jika aku mengingatnya aku akan sakit, bahkan itu bisa terasa menjadi sangat sakit. Aku mulai ingin berhenti menghakimi hatiku rasanya, aku benar benar sudah mulai tidak bisa seperti ini. Aku terus berusaha, aku terus membuatmu yakin, aku terus berharap kamu dapat melihatku berdiri didepanmu sementara kamu hanya diam melihatku dan membirkanku jatuh begitu saja. Aku seperti melawan ombak besar yang datang kearahku. Melawanpun apakah mungkin aku bisa menahan ombak itu dan menjamin aku tidak akan hanyurt olehnya?
Hari ini hatiku sangat hancur, apa kamu berfikir dengan melihat semua itu aku sedang baik baik saja? Aku hanya diam melihatmu, mataku seperti tidak bisa menahan air mata tapi aku berusaha kuat untuk tetap tidak memandangmu lebih lama. Bukan karena aku marah, hanya saja aku ingin menjaga mataku agar tidak menangis didepanmu. Aku merasakan kebodohanku hari ini, bagaimana bisa aku menangis melihatmu, sementara jauh diujung pandanganku kamu sedang tertawa sebahagia itu? Mungkinkah menurutmu itu jahat, aku sedih untuk tertawa lepasmu itu?
Aku semakin hancur ketika tak ada satu katapun yang ingin kamu ucapkan kepadaku setelah semua ini terjadi, tidak ada sama sekali. Apa kamu tidak melihatku tadi? Apa mungkin ini hanya mimpi buruk? Jika memang benar seperti itu, bisakah kau bangunkan aku sekarang?
Aku mulai menderita dengan mimpi ini, aku merindukanmu dalam dunia nyata. Aku merindukan sosokmu yang nyata, sosok yang selalu membuatku tertawa, sosok yang selalu membuatku nyaman. Kemana perginya sosok itu?
Aku masih terus saja menangis, tanpa tau apa yabg sebenarnya harus aku tangisi. Apa mungkin aku menangis karenamu? Tapi kenapa? Bukankah kamu bukan siapa siapa, kamu hanya orang spesial dalam hidupku tidak lebih dari itu. Tetapi aku tidak mungkin terus membohongi hatiku, kamu istimewaistimewa, kamu ajaib sehingga membuatku seperti ini.
Tiba tiba aku ingin buta, aku sudah tidak mau melihat semua rutinitas dan kebiasaanmu bersamanya lagi. Ada rasa sakit yang tak bisa kujelaskan saat aku terpaksa harus melihatnya. Bisa kamu bikin aku buta? Hah??? :'(
Mungkin dengan seperti itu aku akan merasa biasa saja ketika kamu harus bersama siapapun. Dengan seperti itu juga, aku sedikit demi sedikit wajahmu akan mulai samar dalam benakku. Dan aku akan melupakanmu, melupakan semua kenangan bersamamu. Kurasa itu akan lebih mudah.
Kenapa kamu harus berubah disaat aku sayang? kenapa bukan awal saja kamu berubah saat aku merasa sangat nyaman, sehingga aku tidak mungkin merasakan hal yang seperti ini. Aku hancur saat ini, bahkan lebih hancur dari sebelumnya. Aku ingin sekali berhenti, tapi hatiku tetap saja melawannya.
Untuk seseorang yang aku temuii kemarin, terimakasih sudah mengajariku luka. Ketika suatu hari nanti aku sudah benar benar menyerah dan aku akan pergi, Berjanjilah kamu akan selalu sebahagia saat ini.
Sampai ini ditulis dan dipublikasikan aku masih menyayangimu :)
Komentar
Posting Komentar